Senin, 14 November 2011

Sejarah Bekasi Perlu Diteliti Ulang

CIKARANG, BEKASI, KOMPAS.com--Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mendesak Pemerintah Daerah setempat untuk mengkaji ulang sejarah Bekasi, menyusul adanya fakta baru yang diungkapkan oleh beberapa ahli sejarah.

Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Bekasi, Muhtadi Muntaha, di Cikarang, Senin, mengatakan, gagasan untuk merekontruksi sejarah Bekasi tersebut berawal dari pendapat ahli antropologi dan sejarawan Betawi, Ridwan Saidi, yang mengungkapkan bahwa Tarumanegara bukanlah kerajaan pertama yang ada di Bekasi, jauh sebelum itu ada Kerajaan Segara Pasir.

"Pandangan sejarah yang disampaikan oleh Ridwan Saidi menjadi fakta baru yang menarik untuk dikaji. Pemda harus merespon hal ini dengan melakukan penelitian yang mendalam agar bisa mengurai misteri sejarah Bekasi," kata Muhtadi.

Dikatakan Muhtadi, tahun 2011 ini anggaran untuk sejarah dan budaya Bekasi hanya dialokasikan sebesar Rp820 juta. Hal itu, kata dia, disebabkan karena memang Disparbudpora sebagai pihak yang bertanggungjawab tidak memiliki program yang baik.

"Hasil penelitian tersebut nanti dijadikan landasan akademik penyusunan Perda Budaya dan Sejarah. Dan bisa dibukukan untuk dibagikan kepada seluruh siswa terutama tingkat SMP dan SMA. Jangan sampai kita lupa sejarah sendiri," kata Muhtadi.

Sebelumnya, Ridwan Saidi, sejarawan Betawi saat kunjungan ke Situs Buni Kecamatan Babelan bersama Badan Kekeluargaan Masyarakat Bhagasasi (BKMB) pada pekan lalu, mengungkapkan bahwa Kerajaan Segara Pasir merupakan Kerajaan asli Bekasi jauh sebelum muncul Kerajaan Tarumanegara yang diyakini sebagai kerajaan pertama di Bekasi.

Menurut Ridwan, sebelum Masehi di tatar Pasundan ada 46 kerajaan kuno, salah satunya adalah Segara Pasir, yang mendirikan pusat pemerintahannya di daerah pesisir Pantai Utara Bekasi. Kebudayaan Kerajaan Segara Pasir, kata Ridwan, dipengaruhi oleh Egypt Kuno (Mesir), hal tersebut bisa dilihat dari manik-manik yang banyak ditemukan di sekitar Situs Buni.

Dikatakannya, Situs Buni adalah kompleks pemakaman resi. Maka tidak mengherankan, jika sampai saat ini warga masih mudah menemukan sejumlah benda-benda purbakala, seperti manik-manik, mata tombak, perhiasan, dan tulang belulang. Bahkan, pada tahun 1950 - 1980an, Situs Buni menjadi "Surga" bagi para pemburu harta karun.

Ridwan menambahkan, Tarumanegara merupakan kerajaan yang gemar melakukan peperangan dengan menduduki kerajaan-kerajaan kecil untuk mengambil keuntungan. Keberadaan Tarumanegara di Segara Pasir, lanjutnya, hanya mendirikan semacam pangkalan militer untuk menarik upeti atau pajak dari setiap transaksi perdagangan dan kekayaan alamnya.

Oleh sebab itu, kata Ridwan, perlu ada rekontruksi sejarah Bekasi yang selama ini menjadikan Tarumanegara sebagai asal-usul Bekasi. Dikatakannya, sejarah Bekasi harus diluruskan termasuk merangkai kembali serpihan-serpihan fakta sejarah yang tercecer.

"Saya sependapat dengan Ridwan, Pemerintah Daerah harus segera menyelamatkan Situs Buni untuk kepentingan penelitian, sebab merupakan salah satu kunci pembuka dari rentetan sejarah Bekasi," demikian Muhtadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar